BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Satu-satunya
pemikiran yang secara tradisional yang kita miliki adalah yang mengatakan bahwa
Veda adalah kitab suci Agama Hindu.
Sebagai kitab suci Agama Hindu maka ajaran Veda diyakini dan dipedomani
oleh umat hindu sebagai satu-satunya sumber bimbingan dan informasi yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun untuk waktu-waktu tertentu. Diyakini sebagai kitab suci karena sifat
isinya dan yang menurunkan adalah Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Apauruseya. Apapun yang diturunkan sebagai ajarnnya
kepada umat manusia adalah ajaran suci terlebih lagi bahwa isinya itu
memberikan petunjuk-petunjuk atau ajaran untuk hidup suci.
Veda mengandung ajaran yang memberikan keselamatan di
dunia ini dan di akhirat nanti. Veda,
menuntun tindakan umat manusia sejak lahir sampai pada nafasnya yng
terakhir. Ajaran Veda tidak terbatas
hanya sebagai tuntunan hidup individual, tetapi juga dalam hidup seseorang atau
masyarakat bersikap dan bertindak, tugas-tugas individu dan tugas-tugas umum
sebagai anggota masyarakat, demikian pula bagaimana seorang rohaniawan
bertingkah laku, tugas dan kewajiban kepada Negara atau pemerintah dalam
mengemban tugasnya. Segala tuntunan
hidup ditunjukkan kepada kita oleh ajaran veda melalui pokok-pokok ajaran Veda
seperti Catur Purusa Artha.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa itu weda
- Pengertian Catur Purusa Artha
- Catur Purusa Artha Sebagai Salah Satu Pokok Ajaran Weda
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah agar para mahasiswa
pada khususnya lebih memahami tentang weda dan salah satu pokok dari ajaran
weda sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Apa
itu Veda
Kata Veda dapat dikaji dari 2 pendekatan, yaitu etimologi dan semantic.
Secara etimologi Veda berasal dari urat kata kerja vid yang atrinya mengetahui.
Secara semantic veda berarti pengetahuan suci, kebenaran sejati, pengetahuan
tentang ritual, kebijaksanaan yang tertinggi, ajaran suci atau kitab suci
sumber ajaran agama hindu.
Veda dalam bentuk tunggal berarti pengetahuan suci sedang dalam bentuk
jamaknya berarti seluruh kitab sruti yang terdiri dari 4 veda, kitab –kitab
Brahmana, Aranyaka dan kitab-kitab Upanisad.
Menurut Maharsi Sayana, veda berarti kitab suci yang mengandung ajaran
yang luhur untuk menuntun menuju kehidupan yang bik dan menghindarkannya dari
berbagai bentuk kejahatan.
Svami Dayanand Sarasvati dalam bukunya yang ditulis dalam bahasa Hindi
menyatakan veda berasal dari 4 urat kata yaitu :
a.
Vid : mengetahui ( Anadi, Set, Parasmaipada ) –
Vetti,
b.
Vid : menjadi ada ( Divadi, Anit ) - Vidyate
c.
Vid : membedakan ( Rudhadi, Anit ) - Vinate
d.
Vidl : mencapai ( Tudadi, Set ) Vindati atau Vindate
Lebih lanjut Parmand menambahkan akar kata yang
lain ( ke-5 ) di dalam Dhatupatha yang dari padanya ia mendapat arti veda yaitu
dari akar kata vid yang artinya menjadi tau , mengajar, menghubungkan,
memberitahukan, atau menceritakan.
2.2 Catur
Purusa Artha
Catur Purusartha ialah
empat dasar dan tujuan hidup menurut weda.
Karena keempat bagiannya tidak dapat dipisahkan, malah selalu berkaitan
erat antara yang satu dengan yang lain maka disebut pula Catur Warga. Catur Purusartha disebut “dasar” karena untuk
mencapai hidup bahagia setiap manusia dalam hidupnya patut melandasi pikiran
dan prilakunya dengan ajaran Catur Warga.
Dinyatakan sebagai “tujuan” karena sudah dipastikan bahwa setiap manusia
di bumi ini ingin mendapatkan hakekat dari yang disebut ; dharma (kebenaran,
keadilan), artha (artha-uang-sarana hidup), kama (kepuasan, kesenangan), dan
moksa (kebebasan abadi). Berikut bagian-bagian dari Catur Purusartha :
a)
Dharma, Kata dharma berasal dari akar kat “dhr” yang artinya menjinjing,
memangku, memelihara dan mengatur. Dalam
arti luas dharma berarti hokum, kodrat, kewajiban, agama dan kebenaran.
b)
Artha artinya tujuan, harta benda(kekayaan). Harta benda sangat diperlukan dalam kehidupan
baik untuk melaksanakan ajaran agama, maupun memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
c)
Kama adalah keinginan yang dapat memberikan kepuasan,
kebahagiaan dan kenikmatan yang didapat melalui indria. Kata kama artinya keinginan, kasih sayang,
cinta kasih, kesenangan, kenikmatan.
Dalam kaitannya dengan cinta kasih kama dibagi menjadi 3 yang disebut
Tri Parartha yang terdiri dari Asih, Punia dan Bhakti.
d)
Moksa artinya bebas dari ikatan keduniawian, bebas dari
hokum Karma Phala, bebas dari samsara / kelahiran. Moksa adalah ketenangan dan kebahagiaan
spiritual yang abadi ( Sukha Tanpa Wali Dukha )
Mengenai sumber ajaran Catur Warga
dapat dijumpai dalam kitab suci Sarasamuscaya sloka 1 :
Dharme ca arte ca kame ca moksa ca bharatasabha,
Yadiasti tadaniatra yannehasti an tat kwacit (1)
Artinya :
Segala ajaran tentang Catur Warga ( dharma, artha, kama, moksa), baik sumber
maupun uraian arti tafsirnya, ada terdapat di sini, singkatnya segala yang
terdapat di sini akan terdapat dalam sastra lain).
2.3 Catur
Purusa Artha Sebagai Pokok Ajaran Weda
Tujuan
agama Hindu yang dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah "Moksartham
Jagadhitaya ca iti Dharma", yang artinya bahwa agama (dharma) bertujuan
untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau
kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di
dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, yakni Dharma,
Artha, Kama dam Moksa.
Dharma berarti
kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan
dan keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang dapat memenuhi atau
memuaskan kebutuhan hidup manusia. Kama artinya hawa nafsu, keinginan, juga
berarti kesenangan sedangkan Moksa berarti kebahagiaan yang tertinggi atau
pelepasan.
Di dalam memenuhi segala nafsu dan keinginan harus berdasarkan atas
kebajikan dan kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai
kebahagiaan. Karena seringkali manusia menjadi celaka atau sengsara dalam
memenuhi nafsu atau kamanya bila tidak berdasarkan atas dharma. Oleh karena itu
dharma harus menjadi pengendali dalam memenuhi tuntunan kama atas artha.
Didalam Catur
Purusartha tergambar Visi Misi dari umat Hindu, yaitu tujuan mutlak yang
tertinggi yang ingin dicapai adalah Moksa yaitu pembebasan Atma dari Triguna
(Satwam, Rajas dan Tamas) melalui Reinkarnasi dengan hukum Karmanya (Karma
Pala).Untuk mencapai Moksa harus dilandasi dengan Dharma dan setiap tindakan
(karma) yang dilakukan harus berdasarkan Dharma, serta Ajaran Dharma yang
terdapat dalam Weda harus ditegakkan. Dalam proses kehidupan ini, umat Hindu
tidak terlepas dari kewajiban (duty) untuk melakukan Yadnya, yang dikenal
dengan Panca Yadnya. Untuk mendukung kehidupan dibutuhkan Artha yang akan
dipergunakan untuk korban suci (Yadnya), maka Artha ini harus dicari sebanyak
banyaknya, tetapi berdasarkan Dharma. Didalam kehidupan diduni ini, manusia
pada umumnya selalu mendabakan kenikmatan, kesenangan, kebahagiaan yaitu Kama.
Sesuai dengan konsep
Catur Purusartha, semua kenikmatan yang ingin dicapai harus berdasarkan Dharma
pula sehingga kita selalu mendapat keselamatan. Maka dalam Catur Purusartha
yang terdiri dari Dharma, Artha, Kama dan Moksa harus merupakan kesatuan yang
saling terkait, yang harus diaplikasikan dalam kehidupan ini sehingga tujuan
akhir dapat tercapai yaitu Moksa. Sebagaimana disyaratkan di dalam Weda (S.S.12) sebagai berikut:
Kamarthau Lipsmanastu
dharmam eweditaccaret,
na hi dhammadapetyarthah
kamo vapi kadacana.
Artinya:
Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka hendaknyalah dharma dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
dharmam eweditaccaret,
na hi dhammadapetyarthah
kamo vapi kadacana.
Artinya:
Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka hendaknyalah dharma dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
Jadi dharma mempunyai
kedudukan yang paling penting dalam Catur Purusa Artha, karena dharmalah yang
menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Dengan jalan dharma
pula manusia dapat mencapai Sorga, sebagaimana pula ditegaskan di dalam Weda (S.S.14), sebagai berikut:
Dharma ewa plawo nanyah
swargam samabhiwanchatam
sa ca naurpwani jastatam jala
dhen paramicchatah
Artinya:
Yang disebut dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga, sebagai halnya perahu yang merupakan alat bagi saudagar untuk mengarungi lautan.
swargam samabhiwanchatam
sa ca naurpwani jastatam jala
dhen paramicchatah
Artinya:
Yang disebut dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga, sebagai halnya perahu yang merupakan alat bagi saudagar untuk mengarungi lautan.
Selanjutnya di dalam Cantiparwa
disebutkan pula sebagai berikut:
Prabhawar
thaya bhutanam
dharma prawacanam krtam
yah syat prabhawacam yuktah
sa dharma iti nicacayah
Artinya:
Segala sesuatu yang bertujuan memberi kesejahteraan dan memelihara semua mahluk, itulah disebut dharma (agama), segala sesuatu yang membawa kesentosaan dunia itulah dharma yang sebenarnya.
dharma prawacanam krtam
yah syat prabhawacam yuktah
sa dharma iti nicacayah
Artinya:
Segala sesuatu yang bertujuan memberi kesejahteraan dan memelihara semua mahluk, itulah disebut dharma (agama), segala sesuatu yang membawa kesentosaan dunia itulah dharma yang sebenarnya.
Demikian
pula Manusamhita merumuskan dharma
itu sebagai berikut:
"Weda pramanakah creyah sadhanam dharmah"
Artinya:
Dharma (agama) tercantum didalam ajaran suci Weda, sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan hidup, bebasnya roh dari penjelmaan dan manunggal dengan Hyang Widhi Wasa (Brahman).
"Weda pramanakah creyah sadhanam dharmah"
Artinya:
Dharma (agama) tercantum didalam ajaran suci Weda, sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan hidup, bebasnya roh dari penjelmaan dan manunggal dengan Hyang Widhi Wasa (Brahman).
Demikianlah dharma merupakan dasar dan
penuntun manusia di dalam menuju kesempurnaan hidup, ketenangan dan
keharmonisan hidup lahir bathin. Orang yang tidak mau menjadikan dharma sebagai
jalan hidupnya maka tidak akan mendapatkan kebahagiaan tetapi kesedihanlah yang
akan dialaminya. Hanya atas dasar dharmalah manusia akan dapat mencapai
kebahagiaan dan kelepasan, lepas dari ikatan duniawi ini dan mencapai Moksa yang
merupakan tujuan tertinggi. Demikianlah Catur Purusa Artha itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Weda
sebagai sumber ajaran yang menuntun manusia untuk mendapatkan kerahayuan dan
kebahagiaan patut melandasi setiap geraknya dengan dharma (kebenaran/kebajikan),
sebab tanpa dharma maka hidup ini tidak akan bermanfaat dan bagkan kehidupan
masyarakat tanpa dharma akan kacau dan hancur.
Dalam segala hal maka dharma ( kebenaran, kewajiban, kebajikan ) harus
dilaksanakan lebih dahulu, sehingga tak tersangsikan lagi artha sebagai alat
benar. Tidak akan ada artinya jika artha
didapat tanpa dasar kebenaran / kebajikan.
Demikian pula setiap nafsu (kama) yang ingin dipenuhi maka kama harus
dilandasi dengan dharma kama tanpa
landasan dharma hanya akan menyusahkan hidup diri sendiri dan meresahkan
lingkungan. Dengan dharma (agama)
sebagai landasan untuk mendapatkan artha serta untuk memenuhi kama maka
kebahagiaan pasti dapat dinikmati dalam hidup ini maupun di akhirat.
Dikenal pula Rti
Warga yang terdiri atas dharma, artha, dan kama. Hal ini merupakan penyederhanaan dari Catur
Warga dengan tidak menyebutkan moksa.
Moksa sebagai tujuan tertinggi dan universal pasti akan dapat dicapai
sekalipun tidak disebut-sebut dalam Tri Warga asalkan dharma, artha, kama dapat
dilaksanakan dan dipenuhi secara benar.
3.2 Saran
Apabila ada uraian atau penjelasan saya di atas
dianggap kurang maka saya mohon maaf, karena saya sadar akan
kekurangan-kekurangannya. Untuk itu saya minta dari pembaca berupa kritik,
saran serta masukan yang sifatnya membangun, saya akan menerima dengan tangan
terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, Gede Rudia.2003. Pengetahuan
Dasar Agama Hindu.Jakarta: Pustaka Mitra Jaya.
Netra, Anak Agung Gde Oka. 2001.Tuntunan
Dasar Agama Hindu.
Titib, I Made.1999.Pengantar
Weda. Surabaya:Paramita.
Google.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar