Rabu, 10 Juni 2015

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI SALAH SATU POKOK AJARAN WEDA



BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
                             Satu-satunya pemikiran yang secara tradisional yang kita miliki adalah yang mengatakan bahwa Veda adalah kitab suci Agama Hindu.  Sebagai kitab suci Agama Hindu maka ajaran Veda diyakini dan dipedomani oleh umat hindu sebagai satu-satunya sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun untuk waktu-waktu tertentu.  Diyakini sebagai kitab suci karena sifat isinya dan yang menurunkan adalah Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Apauruseya.  Apapun yang diturunkan sebagai ajarnnya kepada umat manusia adalah ajaran suci terlebih lagi bahwa isinya itu memberikan petunjuk-petunjuk atau ajaran untuk hidup suci.
Veda mengandung ajaran yang memberikan keselamatan di dunia ini dan di akhirat nanti.  Veda, menuntun tindakan umat manusia sejak lahir sampai pada nafasnya yng terakhir.  Ajaran Veda tidak terbatas hanya sebagai tuntunan hidup individual, tetapi juga dalam hidup seseorang atau masyarakat bersikap dan bertindak, tugas-tugas individu dan tugas-tugas umum sebagai anggota masyarakat, demikian pula bagaimana seorang rohaniawan bertingkah laku, tugas dan kewajiban kepada Negara atau pemerintah dalam mengemban tugasnya.  Segala tuntunan hidup ditunjukkan kepada kita oleh ajaran veda melalui pokok-pokok ajaran Veda seperti Catur Purusa Artha.


1.2    Rumusan Masalah
  1. Apa itu weda
  2. Pengertian Catur Purusa Artha
  3. Catur Purusa Artha Sebagai Salah Satu Pokok Ajaran Weda



1.3    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah agar para mahasiswa pada khususnya lebih memahami tentang weda dan salah satu pokok dari ajaran weda sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.

 

BAB II
PEMBAHASAN


2.1       Apa itu Veda
Kata Veda dapat dikaji dari 2 pendekatan, yaitu etimologi dan semantic. Secara etimologi Veda berasal dari urat kata kerja vid yang atrinya mengetahui. Secara semantic veda berarti pengetahuan suci, kebenaran sejati, pengetahuan tentang ritual, kebijaksanaan yang tertinggi, ajaran suci atau kitab suci sumber ajaran agama hindu.
Veda dalam bentuk tunggal berarti pengetahuan suci sedang dalam bentuk jamaknya berarti seluruh kitab sruti yang terdiri dari 4 veda, kitab –kitab Brahmana, Aranyaka dan kitab-kitab Upanisad.
Menurut Maharsi Sayana, veda berarti kitab suci yang mengandung ajaran yang luhur untuk menuntun menuju kehidupan yang bik dan menghindarkannya dari berbagai bentuk kejahatan.
Svami Dayanand Sarasvati dalam bukunya yang ditulis dalam bahasa Hindi menyatakan veda berasal dari 4 urat kata yaitu :
a.       Vid   :  mengetahui ( Anadi, Set, Parasmaipada ) – Vetti,
b.      Vid   :  menjadi ada ( Divadi, Anit ) - Vidyate
c.       Vid   :  membedakan ( Rudhadi, Anit ) - Vinate
d.      Vidl  :  mencapai ( Tudadi, Set ) Vindati atau Vindate
Lebih lanjut Parmand menambahkan akar kata yang lain ( ke-5 ) di dalam Dhatupatha yang dari padanya ia mendapat arti veda yaitu dari akar kata vid yang artinya menjadi tau , mengajar, menghubungkan, memberitahukan, atau menceritakan.


2.2       Catur Purusa Artha
                        Catur Purusartha ialah empat dasar dan tujuan hidup menurut weda.  Karena keempat bagiannya tidak dapat dipisahkan, malah selalu berkaitan erat antara yang satu dengan yang lain maka disebut pula Catur Warga.  Catur Purusartha disebut “dasar” karena untuk mencapai hidup bahagia setiap manusia dalam hidupnya patut melandasi pikiran dan prilakunya dengan ajaran Catur Warga.  Dinyatakan sebagai “tujuan” karena sudah dipastikan bahwa setiap manusia di bumi ini ingin mendapatkan hakekat dari yang disebut ; dharma (kebenaran, keadilan), artha (artha-uang-sarana hidup), kama (kepuasan, kesenangan), dan moksa (kebebasan abadi). Berikut bagian-bagian dari Catur Purusartha :
a)      Dharma, Kata dharma berasal dari akar kat “dhr” yang artinya menjinjing, memangku, memelihara dan mengatur.  Dalam arti luas dharma berarti hokum, kodrat, kewajiban, agama dan kebenaran.
b)      Artha artinya tujuan, harta benda(kekayaan).  Harta benda sangat diperlukan dalam kehidupan baik untuk melaksanakan ajaran agama, maupun memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
c)      Kama adalah keinginan yang dapat memberikan kepuasan, kebahagiaan dan kenikmatan yang didapat melalui indria.  Kata kama artinya keinginan, kasih sayang, cinta kasih, kesenangan, kenikmatan.  Dalam kaitannya dengan cinta kasih kama dibagi menjadi 3 yang disebut Tri Parartha yang terdiri dari Asih, Punia dan Bhakti.
d)     Moksa artinya bebas dari ikatan keduniawian, bebas dari hokum Karma Phala, bebas dari samsara / kelahiran.  Moksa adalah ketenangan dan kebahagiaan spiritual yang abadi ( Sukha Tanpa Wali Dukha )
 Mengenai sumber ajaran Catur Warga dapat dijumpai dalam kitab suci Sarasamuscaya sloka 1 :
Dharme ca arte ca kame ca moksa ca bharatasabha,
Yadiasti tadaniatra yannehasti an tat kwacit (1)
Artinya :
Segala ajaran tentang Catur Warga ( dharma, artha, kama, moksa), baik sumber maupun uraian arti tafsirnya, ada terdapat di sini, singkatnya segala yang terdapat di sini akan terdapat dalam sastra lain).



2.3       Catur Purusa Artha Sebagai Pokok Ajaran Weda
                        Tujuan agama Hindu yang dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah "Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma", yang artinya bahwa agama (dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa.
Dharma berarti kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup manusia. Kama artinya hawa nafsu, keinginan, juga berarti kesenangan sedangkan Moksa berarti kebahagiaan yang tertinggi atau pelepasan.
Di dalam memenuhi segala nafsu dan keinginan harus berdasarkan atas kebajikan dan kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan. Karena seringkali manusia menjadi celaka atau sengsara dalam memenuhi nafsu atau kamanya bila tidak berdasarkan atas dharma. Oleh karena itu dharma harus menjadi pengendali dalam memenuhi tuntunan kama atas artha.
Didalam Catur Purusartha tergambar Visi Misi dari umat Hindu, yaitu tujuan mutlak yang tertinggi yang ingin dicapai adalah Moksa yaitu pembebasan Atma dari Triguna (Satwam, Rajas dan Tamas) melalui Reinkarnasi dengan hukum Karmanya (Karma Pala).Untuk mencapai Moksa harus dilandasi dengan Dharma dan setiap tindakan (karma) yang dilakukan harus berdasarkan Dharma, serta Ajaran Dharma yang terdapat dalam Weda harus ditegakkan. Dalam proses kehidupan ini, umat Hindu tidak terlepas dari kewajiban (duty) untuk melakukan Yadnya, yang dikenal dengan Panca Yadnya. Untuk mendukung kehidupan dibutuhkan Artha yang akan dipergunakan untuk korban suci (Yadnya), maka Artha ini harus dicari sebanyak banyaknya, tetapi berdasarkan Dharma. Didalam kehidupan diduni ini, manusia pada umumnya selalu mendabakan kenikmatan, kesenangan, kebahagiaan yaitu Kama.
Sesuai dengan konsep Catur Purusartha, semua kenikmatan yang ingin dicapai harus berdasarkan Dharma pula sehingga kita selalu mendapat keselamatan. Maka dalam Catur Purusartha yang terdiri dari Dharma, Artha, Kama dan Moksa harus merupakan kesatuan yang saling terkait, yang harus diaplikasikan dalam kehidupan ini sehingga tujuan akhir dapat tercapai yaitu Moksa. Sebagaimana disyaratkan di dalam Weda (S.S.12) sebagai berikut:
     Kamarthau Lipsmanastu
    dharmam eweditaccaret,
    na hi dhammadapetyarthah
    kamo vapi kadacana.

Artinya:
 Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka hendaknyalah dharma            dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
Jadi dharma mempunyai kedudukan yang paling penting dalam Catur Purusa Artha, karena dharmalah yang menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Dengan jalan dharma pula manusia dapat mencapai Sorga, sebagaimana pula ditegaskan di dalam Weda (S.S.14), sebagai berikut:
      Dharma ewa plawo nanyah
      swargam samabhiwanchatam
      sa ca naurpwani jastatam jala
      dhen paramicchatah

Artinya:
Yang disebut dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga, sebagai halnya perahu yang merupakan alat bagi saudagar untuk mengarungi lautan.
Selanjutnya di dalam Cantiparwa disebutkan pula sebagai berikut:
     Prabhawar thaya bhutanam
    dharma prawacanam krtam
    yah syat prabhawacam yuktah
   sa dharma iti nicacayah
Artinya:
Segala sesuatu yang bertujuan memberi kesejahteraan dan memelihara semua mahluk, itulah disebut dharma (agama), segala sesuatu yang membawa kesentosaan dunia itulah dharma yang sebenarnya.
Demikian pula Manusamhita merumuskan dharma itu sebagai berikut:
"Weda pramanakah creyah sadhanam dharmah"
Artinya:
Dharma (agama) tercantum didalam ajaran suci Weda, sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan hidup, bebasnya roh dari penjelmaan dan manunggal dengan Hyang Widhi Wasa (Brahman).
Demikianlah dharma merupakan dasar dan penuntun manusia di dalam menuju kesempurnaan hidup, ketenangan dan keharmonisan hidup lahir bathin. Orang yang tidak mau menjadikan dharma sebagai jalan hidupnya maka tidak akan mendapatkan kebahagiaan tetapi kesedihanlah yang akan dialaminya. Hanya atas dasar dharmalah manusia akan dapat mencapai kebahagiaan dan kelepasan, lepas dari ikatan duniawi ini dan mencapai Moksa yang merupakan tujuan tertinggi. Demikianlah Catur Purusa Artha itu.



 


BAB III
PENUTUP


3.1    Simpulan
                             Weda sebagai sumber ajaran yang menuntun manusia untuk mendapatkan kerahayuan dan kebahagiaan patut melandasi setiap geraknya dengan dharma (kebenaran/kebajikan), sebab tanpa dharma maka hidup ini tidak akan bermanfaat dan bagkan kehidupan masyarakat tanpa dharma akan kacau dan hancur.  Dalam segala hal maka dharma ( kebenaran, kewajiban, kebajikan ) harus dilaksanakan lebih dahulu, sehingga tak tersangsikan lagi artha sebagai alat benar.  Tidak akan ada artinya jika artha didapat tanpa dasar kebenaran / kebajikan.  Demikian pula setiap nafsu (kama) yang ingin dipenuhi maka kama harus dilandasi dengan dharma  kama tanpa landasan dharma hanya akan menyusahkan hidup diri sendiri dan meresahkan lingkungan.  Dengan dharma (agama) sebagai landasan untuk mendapatkan artha serta untuk memenuhi kama maka kebahagiaan pasti dapat dinikmati dalam hidup ini maupun di akhirat.
                 Dikenal pula Rti Warga yang terdiri atas dharma, artha, dan kama.  Hal ini merupakan penyederhanaan dari Catur Warga dengan tidak menyebutkan moksa.  Moksa sebagai tujuan tertinggi dan universal pasti akan dapat dicapai sekalipun tidak disebut-sebut dalam Tri Warga asalkan dharma, artha, kama dapat dilaksanakan dan dipenuhi secara benar.

3.2    Saran
Apabila ada uraian atau penjelasan saya di atas dianggap kurang maka saya mohon maaf, karena saya sadar akan kekurangan-kekurangannya. Untuk itu saya minta dari pembaca berupa kritik, saran serta masukan yang sifatnya membangun, saya akan menerima dengan tangan terbuka.




DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, Gede Rudia.2003. Pengetahuan Dasar Agama Hindu.Jakarta: Pustaka Mitra Jaya.
Netra, Anak Agung Gde Oka. 2001.Tuntunan Dasar Agama Hindu.
Titib, I Made.1999.Pengantar Weda. Surabaya:Paramita.
Google.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar