Senin, 17 Oktober 2011

WANITA HINDU DIBALIK EPOS RAMAYANA


Membicarakan topik tentang wanita dikaitkan dengan masalah – maslah agama sungguh sesuatu yang menarik.  Menarik dalam artian banyak problema – problema yang dihadapi kaum hawa yang merupakan sumber permasalahan untuk dibahas serta diupayakan pemecahannya.  Namun rupa – rupanya masalah tetap adalah masalah dengn misterinya yang dari zaman ke zaman mengalami perubahan.  Dan menyinggung masalah penuh misteri ini, manusia dibuat tidak berdaya.
Manakala dunia ini dilanda oleh kekacauan moral, degradasi panutan, kaum wanita dicemarkan kehormatannya kemudian menjadi jalang.  Dalam situasi dan kondisi seperti itu, posisi kaum wanita dipertanyakan, baik dalam kehidupan sekular maupun peranannya dalam kehidupan yang dihubungkan dengan upacara dan upakara keagamaan. 
Di zaman modern seperti sekarang banyak hal yang kelihatannya telah meningkatkan posisi kaum wanita ke derajat yang lebih baik dari pada posisi yang dimilikinya dalam zaman atau abad sebelumnya yang dikenal dengan “Persamaan Gender”.  Namun dibalik itu semua masalah – masalah yang menyangkut kehormatan dan harga diri seseorang sebagai manusia bila ada hal – hal yang tercemar tuduhan sebagai penyebab atau kondemnasi akan senantiasa ditimpakan kepada kaum wanita.
Hampir dalam semua kasus besar dalam sejarah kaum wanita tidak mampu memecahkan permasalahan.  Ia tidak mampu mengutuk seorang pria apabila masih terbayang harapan di depan mata.  Harapan untuk menjaga keseimbangan sekaligus sebagai mata timbangan yang menjaga sampai kedua sisi timbangan dapat seimbang dan sejajar merupakan impian abadi kaum wanita setiap zaman, sejak dahulu kala sampai kini di zaman modern sekarang.  Ini adala kodrat kedua kaum wanita yang dikenal sejarah
Namun dibalik semua itu wanita mempunyai ciri khas tersendiri.  Unsur keibuan dari seorang wanita melahirkan citra seorang wanita yang lemah lembut dan penuh cinta kasih  Sejarah mencatat bagaimana profil Wanita Hindu tergambar pada tokoh sita dalam cerita Ramayana.  Menurut orang arif bijaksana, usia Ramayana lebih tua daripada Mahabharata , sudah ada sejak 3.000 tahun lalu.  Yang mana mengisahkan kesetiaan seorang wanita terhadap suaminya walaupun bagaimana ujian yang dialaminya.  Bagi umat Hindu, Devi Sita adalah perlambang wanita utuh, suci , teguh dalam penderitaan, selalu setia, selalu murni dalam pikiran, kata dan perbuatan , tidak pernah mengucapkan kata – kata negatif terhadap suaminya, Rama.  Baginya kata – kata mutiara Hindu “ Bila engkau dilukai seseorang, lalu engkau kembali melukai dia luka petama dan luka kedua menambah kematian di dunia ini”, merupakan pegangan hidup.  Terbukti ketika ia menemani suaminya hidup di hutan selama 14 tahun dengan ditemani oleh Laksmana saudara Rama suaminya.  Begitu banyak penderitaan yang ia alami namun ia tetap teguh dalam peneritaan dan tetap setia menemani suaminya.  Bila anak wanita dilahirkan dalamm keluarga Hindu, doa pertama adalah “Tumbuhlah Engkau Sebagai Devi Sita.”  Kalau ada anak perempuan dinikahkan, doa baginya “ Jadilah Engaku Devi Sita.  Inilah  doa penuh formula magis, dalam Agama Hindu bagi seorang wanita.  Di siniah peran epos Ramayana dalam kehidupan wanita Hindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar